Allah
bercermin Pada manusia Atau Manusia bercermin pada Allah
Syalom....Saudaraku yang dikasihi oleh
Tuhan kita Yesus Kristus
Kisah dari awal kehidupan sebagaimana
diceritakan dalam kitab Kejadian 1, dimana Allah menciptakan jagad raya yang
serba kacau balau dan tidak berbentuk sama sekali, bumi masihlah kosong dan
tidak berbentuk.
Adapun Allah ialah yang menjadikan semuanya
yang hidup dan yang tidak hidup (bukan berarti mati). IA adalah satu-satunya
sosok yang ada dan sempurna adanya. Ia menciptakan semua yang ada sesuai dengan
urutan penciptaan dan puncak dari kesemuanya itu ialah manusia.
Jikalau Allah telah menciptakan manusia di
hari paling akhir dan menyiapkan segala yang ada untuk manusia bukankah makhluk
lain pun pantas mendapatkan hal yang sama dengan manusia?.Kita tau bersama
bahwa sebelum dunia ini dibuat, ada tempat lain yang telah dibuat oleh Allah
terlebih dahulu.
Tempat itu ilah Surga yang kita kenal
sebagai tempat dari malaikat bersama-sama dengan Taktah Allah. Jikalau Allah
telah menciptakan tempat yang begitu indah, lantas kenapa Allah juga harus
menciptakan bumi yang masih kalah jauh indahnya dari pada Surga?. Lantas kenapa
pula Allah menciptakan manusia jikalau sudah ada yang melayani-Nya di Surga?
Pertanyaan-pertanyaan ini selalu menjadi
tanda tanya di dalam kehidupan manusia. Sebenarnya apakah yang di cari oleh
Allah dengan menciptakan manusia bahkan membuat manusia itu begitu spesial di
mata-Nya melebihi malaikat yang telah ada sebelum dunia ini di jadikan?.
Tidakkah pertanyaan itu ada dipikiran
saudara walaupun hanya kecil kemungkinan kita akan berpikir demikian!?. Ini
merupakan salah satu rahasia yang sukar untuk di jelaskan dan jikalau di
jelaskan maka kita sendiri akan pusing untuk memikirkannya.
Allah menciptakan manusia yang begitu
spesialnya untuk memperhatikan tingkah laku dari cermin diri-Nya. Apakah
jawaban ini bisa memuaskan pikiran kita yang mencari jawaban dalam tumpukan
jerami? Kenapa juga Allah perlu bercermin pada manusia bukankah semuanya
dijadikan untuk kemuliaan-Nya? Sedikitpun Dia tidak berkekurangan dalam segala
hal! Tidakkah Dia melakukan semua yang dijadikan-Nya dengan Kekuatan dan
kekuasaan dari pada-Nya!?
Memang
segala hal adalah untuk diri-Nya dan bukan untuk yang lain, memahami dasar
pikiran Allah yang sangatlah luas, tidak cukup untuk dapat kita tampung dalam
pikiran kita dan kita mengerti akan semua yang dilakukan oleh-Nya!. Kita tidak
dapat mengerti jika kita tidak berusaha untuk mencari-Nya dalam berbagai hal.
Mengerti akan hati Allah, maka kita mampu memahami apa yang telah diperbuat-Nya
dalam kehidupan ini.
Sebenarnya sebelum Allah menjadikan semua
yang ada, Dia merasa kesepian. Karena hanya ada diri-Nya dimana-mana, inilah
alasan utama yang ada untuk memahami bagaimana semuanya dijadikan. Rasa ini
begitu dalam dan tidaklah terbatas untuk dapat diselami oleh semua makhluk
hidup karena diri-Nya tidaklah terbatas.
Hati yang kesepian membuat Allah melakukan
berbagai hal yang di jadikan-Nya. Sehingga makhluk-makhluk hidup pun dibuat-Nya
baik yang berdaging dan tidak berdaging baik yang hidup maupun yang tidak hidup.
Dan ada satu sosok yang hendak diperbuat-Nya di ujung pekerjaan-Nya yaitu
diri-Nya sendiri.
Allah ingin melihat bagaimana diri-Nya itu
berjalan sebagai makhluk yang terkecil dan lemah lembut serta mengusai seluruh
ciptaan yang ada. Hal ini dikarenakan tidak ada satupun yang mampu menjadi
cermin bagi Allah. Tidak satupun yang bisa membuat hati-Nya terpuaskan dari
rasa kesepian yang dalam selain manusia.
Itulah mengapa Dia sendiri mengambil
keputusan untuk masuk kedalam dunia dan menyelamatkan harta yang paling
berharga-Nya yaitu manusia. Semestinya manusia harus memahami hati Allah yang
tidak terbatas kasih-Nya kepada manusia. Karena begitu besar kasih Allah akan
dunia ini sehingga Dia mengaruniakan Anak-Nya yang Tunggal Tuhan kita Yesus
Kristus.
Jikalau manusia bertanya harus seperti
apakah kita dapat membalas kasih Allah? maka jawabannya hanyalah “jadilah
cermin bagi Allah dan bercerminlah pada Allah” sebab kasih-Nya tiadalah
terbatas bagi manusia siapapun itu. Dapatkah kita menjadi cermin bagi Allah
yang dapat menampung rasa kesepian-Nya yang tidak terbatas itu?. AMIN